BuLekh: Penilaian Acuan Patokan dan Penilaian Acuan Norma

Wednesday, November 5, 2014

Penilaian Acuan Patokan dan Penilaian Acuan Norma

Penilaian Acuan Patokan

a.       Pengertian PAP

Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah penilaian yang dalam menginterpretasikan hasil pengukuran secara langsung didasarkan pada standar performansi tertentu yang ditetapkan.

Penilaian berdasarkan acuan patokan ini digunakan apabila tujuan pengajaran secara khusus diarahkan untuk menguasai seperangkat kemampuan secara tuntas (mastery learning). Salah satu pertimbangan yang mendasari adalah beban kurikulum yang  bersifat statis, materi pokoknya relatif bersifat tegas.

Patokan yang dipakai sebagai kriteria hasil belajar merupakan standar tertentu yang ditetapkan. Hal itu bisa berupa ketercapaian tujuan pengajaran atau persentase penguasaan materi yang dinyatakan dengan jelas. Sebagai contoh gambaran dalam penilaian berdasarkan acuan patokan adalah sebagai berikut :

Taraf Penguasaan

Angka Kualitas

Nilai Huruf

Kualifikasi

91-100%

4

A

Memuaskan

81-90%

3

B

Baik

71-80%

2

C

Cukup

61-70%

1

D

Kurang

<60%

0

E

Gagal

 

Tinggi rendahnya persentase yang dicatat untuk dikuasai siswa, tergantung pada penting tidaknya bahan. Semakin penting suatu bahan, semakin tinggi persentase yang diharapkan.

Salah satu prinsip yang perlu dipegang dalam penyusunan tes yang dinilai berdasarkan acuan patokan adalah hendaknya bahan tes yang disusun bisa mencerminkan keseluruhan bahan pengajaran atau tujuan pengajaran. Hal itu, karena apabila tidak memadai, gambaran persentase tersebut akan menjadi salah (over or under estimate).

 

 

Standar Penilaian

Selain jenis-jenis penilaian perlu juga dijelaskan mengenai standar peni-laian yakni cara yang digunakan dalam menentukan derajat keberhasilan hasil penilaian sehingga dapat diketahui kedudukan siswa, apakah ia telah mengua-sai tujuan pembelajaran ataukah belum. Standar penilaian hasil belajar pada umumnya dibedakan kedalam dua standar, yakni standar penilaian acuan nor-ma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP).

a.       Penilaian Acuan Norma (PAN)

Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang menggunakan acuan pada rata-rata kelompok. Dengan demikian dapat diketahui posisi ke-mampuan siswa dalam kelompoknya. Untuk itu norma atau kriteria yang di-gunakan dalam menentukan derajat prestasi seorang siswa selalu dibanding-kan dengan nilai rata-rata kelasnya. Atas dasar itu akan diperoleh tiga katego-ri prestasi siswa, yakni prestai siswa di atas rata-rata kelas, berkisar pada rata-rata kelas, dan prestasi siswa yang berada di bawah rata-rata kelas. Dengan kata lain, prestasi yang dicapai seseorang posisinya sangat bergantung pada prestasi kelompoknya.

Keuntungan standar ini adalah dapat diketahui prestasi kelompok atau kelas sekaligus dapat diketahui keberhasilan pembelajaran bagi semua siswa. Kelemahannya adalah kurang meningkatkan kualitas hasil belajar. Jika nilai rata-rata kelompok atau kelasnya rendah, misalnya skor 40 dari seratus, maka siswa yang memperoleh nilai 45 (di atas rata-rata) sudah dikatakan baik, atau dinyatakan lulus, sebab berada di atas rata-rata kelas, padahal skor 45 dari maksimum skor 100 termasuk rendah. Kelemahan yang lain ialah kurang prak-tis sebab harus dihitung dahulu nilai rata-rata kelas, apalagi jika jumlah siswa cukup banyak. Sistem ini kurang menggambarkan tercapainya tujuan pembe-lajaran sehingga tidak dapat dijadikan ukuran dalam menilai keberhasilan mu-tu pendidikan. Demikian juga kriteria keberhasilan tidak tetap dan tidak pasti, bergantung pada rata-rata kelas, makanya standar penilaian ini disebut stán-dar relatif. Dalam konteks yang lebih luas penggunaan standar penilaian ini tidak dapat digunakan untuk menarik generalisasi prestasi siswa sebab rata-rata kelompok untuk kelas yang satu berbeda dengan kelas yang lain, sekolah yang satu akan berbeda dengan sekolah yang lain. Standar penilaian acuan norma tepat jika digunakan untuk penilaian formatif.

 

 

b. Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah penilaian yang menggunakan acuan pada tujuan pembelajaran atau kompetensi yang harus dikuasai siswa. Derajat keberhasilan siswa dibandingkan dengan tujuan atau kompetensi yang seharusnya dicapai atau dikuasai siswa bukan dibandingkan dengan prestasi kelompoknya. Dalam penilaian ini ditetapkan kriteria minimal harus dicapai atau dikuasai siswa. Kriteria minimal yang biasa digunakan adalah 80% dari tujuan atau kompetensi yang seharusnya dikuasai siswa. Makin tinggi kriteri-anya makin baik mutu pendidikan yang dihasilkan. Standar penilaian acuan patokan berbasis pada konsep belajar tuntas atau mastery learning. Artinya setiap siswa harus mencapai ketuntasan belajar yang diindikasikan oleh pe-nguasaan materi ajar minimal mencapai kriteria yang telah ditetapkan. Jika siswa belum mencapai kriteria tersebut siswa belum dinyatakan berhasil dan harus menempuh ujian kembali. Karena itu penilaian acuan patokan sering disebut stándar mutlak. Dalam sistem ini guru tidak perlu menghitung nilai rata-rata kelas sebab prestasi siswa tidak dibandingkan dengan prestasi kelom-poknya. Melalui sistem penilaian acuan patokan sudah dapat dipastikan pres-tasi belajar siswa secara bertahap akan lebih baik sebab setiap siswa harus mencapai kriteria minimal yang telah ditentukan. Namun sistem ini menuntut guru bekerja lebih keras sebab setiap guru harus menyediakan remedial bagi siswa yang belum memenuhi stándar yang telah ditentukan. Sistem penilaian ini tepat digunakan baik untuk penilaian formatif maupun penilaian sumatif.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

A. Pendekatan Penilaian Hasil Belajar

Sebelum melakukan proses evaluasi terlebih dahulu kita harus melakukan pengukuran dengan alat yang disebut tes. Hasil pengukuran dapat menggambarkan derajat kualitas, kuantitas dan eksistensi keadaan yang diukur. Namun demikian hasil pengukuran ini belum memiliki makna sama sekali apabila belum dibandingkan dengan suatu acuan atau bahan pembanding. Proses membandingkan inilah yang disebut proses penilaian.

Pengolahan hasil tes merupakan kegiatan lanjutan pengadministrasian ujian, yaitu memeriksa hasil ujian dan mencocokkan jawaban peserta dengan kunci jawaban untuk tes kognitif dan tes keterampilan.

Terdapat dua pendekatan yang berlaku dalam penilaian hasil belajar, yaitu Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP).

1.      Penilaian Acuan Norma

Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok atau nilai-nilai yang diperoleh siswa dibandingkan dengan nilai-nilai siswa lain dalam kelompok tersebut. Dengan kata lain PAN merupakan sistem penilaian yang didasarkan pada nilai sekelompok siswa dalam satu proses pembelajaran sesuai dengan tingkat penguasaan pada kelompok tersebut. Artinya pemberian nilai mengacu pada perolehan skor pada kelompok itu.

Dalam hal ini “norma” berarti kapasistas atau prestasi kelompok, sedangkan “kelompok” adalah semua siswa yang mengikuti tes tersebut dapat kelompok siswa dalam satu kelas, sekolah, rayon, propinsi, dan lain-lain. Pan juga dapat dikatakan penilaian “apa adanya” dengan pengertian bahwa acuan pembandingnya semata-mata diambil dari kenyataan yang diperoleh (rata-rata dan simpangan baku) pada saat penilaian dilakukan dan tidak dikaitkan dengan hasil pengukuran lain.

PAN menggunakan prinsip-prinsip yang berlaku pada kurva normal. Hasil-hasil perhitungannya dipakai sebagai acuan penilaian dan memiliki sifat relatif sesuai dengan naik turunnya nilai rata-rata dan simpangan baku yang dihasilkan pada saat itu.

Penggunaan sistem PAN membiarkan siswa berkembang seperti apa adanya. Namun demikian guru tetap merumuskan Tujuan Khusus Pembelajaran (TKP) sesuai dengan tuntutan kompetensi. TKP yang berorientasi pada kompetensi tetap dipakai sebagai tumpuan dalam penyusunan evaluasi akan tetapi pada saat pemberian skor yang diperoleh siswa maka TKP tidak dipergunakan sebagai pedoman. Batas kelulusan tidak ditentukan oleh penguasaan minimal siswa terhadap kompetensi yang ditetapkan dalam TKP, melainkan didasarkan pada nilai rata-rata dan simpangan baku yang dihasilkan kelompoknya.

Dengan demikian kelemahan sistem PAN dapat terlihat jelas bahwa tes apapun, dalam kelompok apapun, dengan kadar prestasi yang bagaimanapun pemberian nilai dengan model pendekan PAN selalu dapat dilakukan. Oleh karena itu penggunaan model pendekatan ini dapat dilakukan denga baik apabila memenuhi syarat antara lain: a). skor nilai terpencar atau dapat dianggap terpencar sesuai dengan pencaran kurva normal; b). jumlah yang dinilai minimal 50 orang atau lebih dari 100 orang dalam arti sampel yang digunakan besar.

Dalam penerapan sistem PAN ada dua hal pokok yang harus ditetapkan yaitu: banyaknya siswa yang akan lulus dan penetapan batas lulus. Terdapat dua cara di dalam menentukan batas kelulusan antara lain: menetapkan terlebih dahulu jumlah yang diluluskan, misalnya 75% dari seluruh peserta tes, kemudian skor tiap siswa disusun dan diranking sehingga akan diketemukan skor terendah. Cara kedua dengan menggunakan data statistik yang terdapat dalam kurva normal dengan menggunakan nilai rata-rata dan simpangan baku, sehingga akan diketemukan luas daerah kurva normal atau jumlah anak yang diluluskan.

2. Penilaian Acuan Patokan (PAP / Criterion Referenced Evaluation)

Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah model pendekatan penilaian yang mengacu kepada suatu kriteria pencapaian tujuan (TKP) yang telah ditetapkan sebelumnya. PAP merupakan suatu cara menentukan kelulusan siswa dengan menggunakan sejumlah patokan. Bilamana siswa telah memenuhi patokan tersebut maka dinyatakan berhasil. Tetapi bila siswa belum memenuhi patokan maka dikatakan gagal atau belum menguasai bahan pembelajaran tersebut. Nilai-nilai yang diperoleh siswa dihubungkan dengan tingkat pencapaian penguasaan siswa tentang materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Siswa yang telah melampaui atau sama dengan kriteria atau patokan keberhasilan dinyatakan lulus atau memenuhi persyaratan. Guru tidak melakukan penilaian apa adanya melainkan berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan sejak pembelajaran dimulai. Guru yang menggunakan model pendekatan PAP ini dituntut untuk selalu mengarahkan, membantu dan membimbing siswa kearah penguasaan minimal sejak pembelajaran dimulai, sedang berlangsung dan sampai berakhirnya pembelajaran.Kompetensi yang dirumuskan dalam TKP merupakan arah, petunjuk, dan pusat kegiatan dalam pembelajaran. Penggunaan tes formatif dalam penilaian ini sangat mendukung untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa. Pelaksanaan PAP tidak memerlukan perhitungan statistik melainkan hanya tingkat penguasaan kompetensi minimal.

Sebagai contoh misalnya: untuk dapat diterima sebagai calon tenaga pengajar di perguruan tinggi adalah IP minimal 3,00 dan setiap calon harus lulus tes potensi akademik yang diadakan oleh lembaga yang bersangkutan. Berdasarkan kriteria di atas siapapun calon yang tidak memenuhi persyaratan di atas maka dinyatakan gagal dalam tes atau tidak diterima sebagai calon tenaga pengajar.

Seperti uraian di atas tingkat kemampuan atau kelulusan seseorang ditentukan oleh tercapai tidaknya kriteria. Misalnya seseorang dikatakan telah menguasai satu pokok bahasan / kompetensi bilamana ia telah menjawab dengan benar 75% dari butir soal dalam pokok bahasan / kompetensi tersebut. Jawaban yang benar 75% atau lebih dinyatakan lulus, sedang jawaban yang kurang dari 75% dinyatakan belum berhasil dan harus mengulang kembali.

Muncul pertanyaan bahwa apakah siswa yang dapat menjawab benar 75% ke atas juga akan memperoleh nilai yang sama? Hal ini tergantung pada sistem penilaian yang digunakan. Jika hanya menggunakan kriteria lulus dan tidak lulus, berarti siswa yang menjawab benar 75% ke atas adalah lulus, demikian juga sebaliknya siswa yang menjawab benar kurang dari 75% tidak lulus. Apabila sistem penilaian yang digunakan menggunakan model A, B, C, D atau standar yang lain, kriteria ditetapkan berdasarkan rentangan skor atau skala interval.

Perlu dijelaskan bahwa kriteria atau patokan yang digunakan dalam PAP bersifat mutlak. Artinya kriteria itu bersifat tetap, setidaknya untuk jangka waktu tertentu dan berlaku bagi semua siswa yang mengikuti tes di lembaga yang bersangkutan.

3. Perbedaan CRT dan NRT didasarkan atas 3 kriteria:

a. Pengembangan tes

b. Standar penilaian performance siswa

c. Maksud tes

3.1. Perbedaan CRT dan NRT ditinjau dari Pengembangan Tes

CRT (PAP)

NRT (PAN)

No.

 

No.

 

1.

CRT hanya terdiri dari soal-soal tes yang didasarkan pada tujuan khusus pembelajaran

1.

Soal tes tidak hanya berdasarkan pelajaran yang diterima siswa

2.

Setiap tes mempunyai prasarat agar siswa menunjukkan “performance” seperti yang tercantum dalam TIK

2.

Tidak perlu terlebih dahulu menentukan secara pasti performance yang diharapkan sebelum tes disusun

3.

Dasar pertimbangan untuk diterimanya performance tertentu harus berdasarkan pada kriteria tertentu

3.

Dasar pertimbangan diterimanya performance berdasarkan hasil perolehan nilai yang didapat oleh siswa

4.

Mementingkan butir tes sesuai dg perilaku (tujuan pembelajaran)

4.

Membuat tes dalam kategori sedang

 

3.2. Perbedaan CRT dan NRT ditinjau dari Standar Performance

CRT (PAP)

NRT (PAN)

No.

 

No.

 

1.

Standar performance ditentukan dalam bentuk tingkah laku

1.

Standar performance berdasarkan pada jumlah pertanyaan yang dijawab benar oleh siswa dihubungkan dengan siswa lain yang menempuh tes tersebut.

2.

Pengukur performance dalam menempuh tes didasarkan pada standar performance yang telah ditetapkan

2.

Prestasi siswa adalah 80% dari siswa lain

3.

Distribusi nilai tidak menyerupai kurve normal

3.

Penilaian didasarkan pada apa adanya hasil prestasi siswa

4.

Didasarkan pada batas kelulusan (KKM)

4.

Perolehan nilai berdasarkan pada kelompok/kelas.

 

 

 

KELEBIHAN PENILAIAN PAN:

1. Dapat digunakan untuk menetapkan nilai secara maksimal

2. Dapat membedakan kemampuan peserta didik yang pintar dan kurang pintar.

3. Fleksibel : dapat menyesuaikan dengan kondisi yang berbeda-beda

4. Mudah menilai karena tdk ada patokan

5. Dapat digunakan untuk menilai ranah kognitif, afektif dan psikomotor

 

KELEBIHAN METODE PAP:

1. Dapat membantu guru merancang program remidi

2. Tidak membutuhkan perhitungan statistic yang rumit

3. Dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran

4. Nilainya bersifat tetap selama standar yang digunakan sama.

5. Hasil penilaian dapat digunakan untuk umpan balik atau untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum.

6. Banyak digunakan untuk kelas dengan materi pembelajaran berupa konsep.

7. Mudah menilai karena ada patokan

 


2 comments :

  1. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.

    Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    ReplyDelete
  2. Semoga makalah ini tidak hanya di tulis atau sekedar jadi acuan saja,sukur sukur bisa d terapkan dan di pelajari.


    ReplyDelete