MAKALAH
TAWAKKAL
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Akhlak
Dosen Pembimbing
:
Uswatun Khasanah, M. Pd.I
Disusun oleh
:
Jauharotul
Mufidah
(D07212010)/
2C
FAKULTAS
TARBIYAH
JURUSAN
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Maqamat dalam Ilmu Tasawuf berarti kedudukan
hamba dalam pandangan Allah berdasarkan apa yang telah diusahakannya. Disamping
itu maqamat berarti jalan yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada
sedekat mungkin dengan Allah.
Menurut al-Ghozali dalam
kitabnya Ihya’ ‘Ulumad-Din, maqamat terdiri dari delapan tingkat, yaitu taubat,
sabar, zuhud, tawakal, mahabbah, ridha dan makrifat.
Ketika
kita memfokuskan pandangan kepada semua amal hati, sebenarnya semua itu adalah
dasar dan materi iman yang mencuat darinya, maka kita akan menemukan bahwa
tidak ada maqam yang paling komprehensif dengan cakupan atas semua ilmu dan
amal sebuah hati daripada Tawakal kepada Allah SWT. Diantara semua amal tersebut
Tawakal adalah sesuatu yang paling kokoh dan diantara kedudukan-kedudukan itu,
dia adalah yang paling mulia.
Tawakal adalah suatu kondisi yang menggabungkan
antara ilmu dan iman. Tidak mungkin seorang hamba tidak membutuhkan tawakal,
baik tawakal kepada Allah yang di Tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu,
atau tawakal kepada sesama makhluk yang lemah seperti dirinya. Tidak memiliki
kuasa memberikan manfaat atau bahaya. Tidak memiliki kekuasaan untuk mematikan,
menghidupkan, dan membangkitkan kembali yang telah mati. Itulah sebuah maqam
yang sama sekali tidak bisa diabaikan begitu saja oleh setiap manusia
selama-lamanya.
Dia tinggal memilih, apakah bertawakal kepada
Allah atas segala sesuatu, Dia memberi pahala dan tidak diberi balasan
untuk-Nya, ataukah bertawakal kepada makhluk yang pasti lemah seperti dirinya
sendiri.
Atas dasar inilah saya menaruh perhatian yang
sangat besar untuk menjelaskan maqam yang sangat mulia bagi tawakal kepada
Allah, sehingga Ibnu Abbas menyebutnya sebagai inti iman. Sedangkan Sa’id jabir
mengatakan, “Tawakal adalah separuh dari iman”, sedangkan Al-Fudhail bin Iyadh
menyifatinya, “Tawakal adalah pangkal ibadah”.
B. Rumusan Masalah
Dalam penuluisan makalah ini,
penulis merumuskan beberapa masalah diantaranya sebagai berikut:
1. Apa pengertian Tawakal ?
2. Apa sumber Al-Qur’an dan Hadits tentang
Tawakal ?
3.
Apa
saja rukun-rukun Tawakal ?
4. Apa saja derajat-derajat
Tawakal ?
5. Apa saja manfaat Tawakal ?
6. Apa saja macam-macam Tawakal ?
7.
Bagaimana
contoh Prilaku Tawakkal/ Ciri-ciri orang yang tawakal
?
8. Apa hikmah tawakal ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tawakal
1. Arti
Etimologis
Tawakal (bahasa Arab: توكُل) atau tawakkul dari kata wakala
dikatakan, artinya,
‘meyerah kepadaNya’.[1]
Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri
sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu
hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan.
2. Arti
Terminologis
Tawakkal
adalah suatu sikap mental seorang yang merupakan hasil dari keyakinannya yang
bulat kepada Allah, karena di dalam tauhid ia diajari agar meyakini bahwa hanya
Allah yang menciptakan segala-galanya, pengetahuanNya Maha Luas, Dia yang
menguasai dan mengatur alam semesta ini. Keyakinan inilah yang mendorongnya
untuk menyerahkan segala persoalannya kepada Allah. Hatinya tenang dan tenteram
serta tidak ada rasa curiga, karena Allah Maha Tahu dan Maha Bijaksana.[2]
Dengan demikian, tawakkal kepada Allah bukan berarti
penyerahan diri secara mutlaq kepada Allah, melainkan penyerahan diri yang
harus didahului dengan ikhtiar secara maksimal.
Abu Mu’thy Balkhy berkata kepada
Hatim al-‘Ashom : “Betulkah engkau berjalan tanpa bekal di hutan ini hanya
semata-mata bertawakal ? Jawabnya : “Tidak, aku bepergian jauh pasti berbekal”,
“Lalu apa bekalnya ?” Jawabnya : “Empat perkara bekalku, yaitu :
1.
Aku
yakin bahwa dunia seisinya adalah milik allah SWT
2.
Semua
makhluk adalah hamba-Nya
3.
Segala
usaha/bekerja adalah semata hanya faktor penyebab saja, sedangkan rizqi ada di
tangan Tuhan
4.
Dan
aku yakin bahwa : “Ketentuan-Nya pasti berlaku bagi semua makhluk”[3]
Kata Abu Mu’hty : “Itulah bekal
yang paling baik, karena bekalmu itu sanggup menempuh perjalanan yang sangat
jauh (akhirat), maka tiada artinya jika hanya perjalanan diatas bumi (dunia).[4]
B. Sumber Al-Qur’an dan Hadits tentang
Tawakal
Semua perintah dalam bertawakkal, biasanya selalu
didahului oleh perintah melakukan sesuatu.
Firman Allah SWT :
فَإِذَاعَزَمْتَفَتَوَكَّلْ عَلَى اَلّلَهِ إِنَّ اللهَ
يُحَبُّ الْمُتَوَكِّلِيْن
“Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakal kepada-Nya”. (QS. Ali Imran: 159)[5]
Oleh
rasulullah SAW dalam salah satu sabdanya sebagai berikut :
عَنْ
عُمَرَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَلَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : لَوْأَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ
تَوَكَّلِهِ لَرَزَ قَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ، تَغْدُوْ خِمَا صًا
وَتَرُوْحُ بِطَانًا
(رواه الترمذي)
“Umar
r.a. berkata : “Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Andaikan kamu
bertawakkal (menyerah) kepada Allah dengan sungguh-sungguh, niscaya Allah akan
memberi rizky kepadamu sebagaimana burung yang keluar pagi dengan perut kosong
(lapar) dan kembali pada senja hari dalam keadaan sudah kenyang”. (HR.
Turmudzi)[6]
C. Rukun-rukun Tawakal
Tawakal tidak didapati
kecuali sesudah mengimani empat hal yang merupakan rukun-rukun tawakal.
Pertama, beriman bahwa Al
Wakil Maha Mengetahui segala apa yang dibutuhkan oleh si muwakkil
(yang bertawakal).
Kedua, beriman bahwa Al
Wakil Maha Kuasa dalam memenuhi kebutuhan muwakkil.
Ketiga, beriman bahwa
Dia tidak kikir.
Keempat,
beriman bahwa Dia memiliki cinta dan rahmat kepada muwakkil.[7]
D. Derajat-derajat Tawakal
Pertama,
keyakinannya kepada Allah seperti keyakinannya kepada wakil yang telah dikenal
kebenarannya, kejujurannya, perhatian, petunjuk dan kasih sayangnya.
Kedua,
keadaanya terhadap Allah SWT seperti keadaan anak kecil kepada ibunya. Ia tidak
mengenal selain ibunya dan segala urusan hanya mengandalkannya. Ia adalah
pikiran pertama yang terlintas dihatinya. Kedudukan ini menuntut manusia untuk
tidak berdoa dan tidak memohon kepada selain Allah SWT. Kerena percaya pada
kemurahan-Nya dan kasih sayang-Nya.
Ketiga,
seperti pucatnya orang sakit, yang bisa terus berlangsung dan terkadang lenyap.
Jika engkau katakan apakah hamba boleh berencana dan mengandalkan sebab-sebab.
Maka ketahuilah bahwa kedudukan ketiga
menolak perencanaan secara berlangsung selama ia tetap dalam keadaan itu.
Kedudukan kedua menolak perencanaan, kecuali dari segi pengandalan kepada allah
SWT dengan berdoa dan merengek seperti anak kecil yang hanya memanggil ibunya.[8]
E. Manfaat Tawakal
Setelah
kami jelaskan kedudukan tawakal, kami merasa senang untuk menunjukkan sebagian
buah yang agung yang bisa dipetik oleh orang yang bertawakal setelah berhasil
mewujudkan maqam ‘kedudukan yang sangat tinggi dan mulia ini. Hal terpenting
diantaranya adalah :
1. Mewujudkan iman.
2. Ketenangan jiwa dan rehat hati.
3. Kecukupan dari Allah segala kebutuhan
orang yang bertawakal.
4. Sebab terkuat dalam mendatangkan berbagai
manfaat dan menolak berbagai mudlarat.
5. Mewariskan cinta Allah kepada sang hamba.
6. Mewariskan kekuatan hati, keberanian,
keteguhan dan menantang para musuh.
7. Mewariskan kesabaran, ketahanan,
kemenangan dan kekokohan.
8. Mewariskan rezeki, rasa ridha dan
memelihara dari kekuasaan syetan
9. Sebab masuk surga tanpa hisab dan tanpa
adzab.
F. Macam-macam Tawakal
Tawakal dibagi menjadi dua macam,
antara lain :
1. Tawakal kepada Allah
Macam-macam Tawakal
kepada Allah, yaitu :
a. Tawakal kepada Allah dalam istiqamah
dirinya dengan petunjukknya, pemurnian tauhid.
b. Tawakal kepada Allah dalam penegakan
agama Allah di muka bumi, menaggulangi kehancuran, melawan bid’ah, berijtihad
melawan orang kafir, amar makruf nahi munkar.
c. Tawakal kepada Allah dalam rangka
seorang hamba ingin mendapatkan berbagai hajat dan bagian duniawi atau dalam
rangka menghindari berbagai hal yang tidak diharapkan dan berbagai musibah
duniawi.
d. Tawakal kepada Allah dalam rangka
mendapatkan dosa dan kekejian.
2. Tawakal kepada selain Allah
Bagian ini terbagi menjadi dua macam,
yaitu :
a. Tawakal Bernuansa Syirik
Ini juga terbagi
menjadi dua :
Pertama,
tawakal kepada selain Allah Ta’ala dalam hal yang tidak mampu mensikapinya
selain Allah azza wa Jalla, “Seperti halnya orang-orang yang bertawakal kepada
orang-orang yang telah mati dan para thaghut dalam rangka menyampaikan harapan
tuntutannya berupa pemeliharaan, penjagaan, rezeki dan syafaat.
Kedua, tawakal
kepada selain Allah berkenaan dengan perkara-perkara yang dimampui sebagaimana
yang ia kira oleh orang yang bertawakal tersebut. Ini adalah syirik kecil.
b. Perwakilan yang diperbolehkan
Yaitu
ketika seseorang mewakilkan suatu pekerjaan yang dimampui kepada orang lain.
Dengan demikian orang yang mewakilkan itu mencapai sebagian apa yang menjadi
tututannya.[9]
G. Contoh Prilaku
Tawakkal/ Ciri-ciri orang yang tawakal
Orang yang bertawakkal kepada Swt akan berprilaku antara lain :
1.
Selalu bersyukur apabila mendapat nikmat dan bersabar
jika belum atau tidak tercapai apa yang diinginkannya.
2.
Tidak pernah berkeluh kesah dan gelisah.
3.
Tidak meninggalkan usaha dan ikhtiar untuk mencapai
sesuatu.
4.
Menyerahkan dirinya atas semua keptusan kepada Allah
Swt setelah melakukan usaha dan ikhtiar secara sempurna.
5.
Menerima segala ketentuan Allah dengan rido terhadap
diri dan keadaannya.
- Berusaha memperoleh sesuatu yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain.
Dan sebagai tanda tawakal kita kepada Allah, kita yakin
bahwa segala sesuatu yang datang pada diri kita, adalah yang terbaik bagi kita.
Tiada keraguan sedikit pun di dalam hati, apabila mempunyai perasaan untuk
menghindarinya, segala sesuatu yang menimpa kita. Meskipun hal itu terasa pait
dan pedih bagi kita, kalau hal itu datang dari-Nya, tentulah hal itu yang
terbaik bagi kita. Inilah bentuk tawakal sesungguhnya.
Barang siapa brtawakal kepada Allah
maka Allah akan mencukupinya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak
diduga-duga. Allah Maha Kuasa untuk mengirimkan bantuan kepada hamba-hamba-Nya
dengan berbagai cara, termasuk cara yang bagi manusia tidak masuk akal. Allah
adalah satu-satunya tempat mengadu saat kita susah. Allah senantiasa mendengar
pengaduan hamba-hamba-Nya. Dalam banyak hal, peristiwa-peristiwa di alam ini
masih dalam koridor sunnatulah. Artinya, masih dapat diurai sebab musababnya.
Hal ini mengajarkan kepada kita agar kita kreatif dan inovatif dalam kehidupan
ini.[10]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Tawakal
dari segi bahasa artinya menyerah kepada Allah. Dan dari segi istilah adalah
suatu sikap mental
seorang yang merupakan hasil dari keyakinannya yang bulat kepada Allah bahwa
hanya Allah yang menciptakan dan mengatur segala-galanya. Tawakkal kepada Allah bukan hanya berarti penyerahan
diri secara mutlaq kepada Allah, melainkan penyerahan diri yang harus didahului
dengan ikhtiar secara maksimal.
Tawakal tidak didapati
kecuali sesudah mengimani empat hal yang merupakan rukun-rukun tawakal, yaitu
beriman bahwa Allah Maha Mengetahui segala apa yang dibutuhkan oleh orang yang
bertawakal, beriman bahwa Allah Maha Kuasa dalam memenuhi kebutuhan orang yang
bertawakal, beriman bahwa Allah tidak kikir, beriman bahwa Allah memiliki cinta
dan rahmat kepada orang yang bertawakal.
Derajat-derajat Tawakal
ada tiga yaitu pertama keyakinannya kepada Allah seperti keyakinannya
kepada wakil yang telah dikenal kebenarannya, kejujurannya, perhatian, petunjuk
dan kasih sayangnya. Yang kedua keadaanya terhadap Allah SWT seperti keadaan
anak kecil kepada ibunya. Yang ketiga, seperti pucatnya orang sakit.
Manfaat bertawakal
yaitu, mewujudkan iman, memperoleh ketenangan jiwa dan rehat hati, kesabaran,
ketahanan, kemenangan dan kekokoha, akan selalu merasa cukup atas segala
kebutuhan, mendatangkan berbagai manfaat dan menolak berbagai mudlarat,
mewariskan cinta Allah kepada sang hamba, mewariskan kekuatan hati, keberanian,
keteguhan dan menantang para musuh, memperoleh rezeki, memelihara dari
kekuasaan syetan, dan masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Macam-macam
tawakal ada dua yaitu, tawakal kepada Allah dan tawakal kepada selain Allah. Ciri-ciri orang yang bertawakal yaitu, selalu
bersyukur apabila mendapat nikmat dan bersabar jika belum atau tidak tercapai
apa yang diinginkannya, tidak pernah berkeluh kesah dan gelisah, tidak
meninggalkan usaha dan ikhtiar untuk mencapai sesuatu, menyerahkan dirinya atas
semua keptusan kepada Allah Swt setelah melakukan usaha dan ikhtiar secara
sempurna, menerima segala ketentuan Allah dengan rido terhadap diri dan
keadaannya dan berusaha memperoleh sesuatu yang dapat memberikan manfaat kepada
orang lain.
[1] Abdullah bin Umar
Ad-Dumaiji, At-Tawakkal Alallah Ta’al (Jakarta : PT Darul Falah, 2006), 1
[2] Labib
Mz, Rahasia Kehidupan Orang Sufi, Memahami Ajaran Thoriqot & Tashowwuf (Surabaya:
Bintang Usaha Jaya), 55
[4] Ibid., 55
[6] Labib
Mz, Rahasia Kehidupan Orang Sufi, Memahami Ajaran Thoriqot & Tashowwuf (Surabaya:
Bintang Usaha Jaya), 54
[7] Imam Khomeini, Insan
Ilahiah; Menjadi Manusia Sempurna dengan Sifat-sifat Ketuhanan : Puncak
Penyingkapan Hijab-hijab Duniawi (Jakarta : Pustaka Zahra, 2004), 210
[9] Abdullah bin Umar
Ad-Dumaiji, At-Tawakkal Alallah Ta’al (Jakarta : PT Darul Falah, 2006),
191-194
[10] Supriyanto, Tawakal
Bukan Pasrah (Jakarta : QultumMedia, 2010), 98-99
apakah makalah ini bisa saya downloda kak
ReplyDeletesalam
jam tangan couple murah
vPelajaran dan pendidikan akhlak sangat penting bagi pelajar muslim di seluruh Indonesia. Bagi seorang muslim dan muslimah sudah seharusnya Kita memiliki semangat dan ghirah dalam mempelajari bahasa arab. Terlebih lagi bahasa arab dan wasilah bagi kita dalam mengenal ilmu syari.
ReplyDeletejelaskan pengertian mukjizat dan irhas pengertian ikhtiar tawakal qanaah sabar syukur Ufa Bunga SMartphone