Sejarah
Masuknya Islam ke Andalus (Spanyol)
Al-Andalus atau Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal termasuk selatan Perancis
sekarang) mulai ditaklukan oleh umat Islam pada zaman khalifah Bani Umayyah,
Al-Walid bin Abdul-Malik (705-715 M), dimana tentacle Islam yang sebelumnya
telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari
dinasti Bani Umayyah . Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara ini terjadi pada
masa Abdul Malik bin Marwan (685-705 M), dimana dia mengangkat Hasan bin Nu'man
al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu.
Selanjutnya dalam proses penaklukan
Spanyol ini terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa yaitu
Tharif bin Malik, Tariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair. Pada masa ini, Hasan
bin Nu'man sudah digantikan oleh Musa bin Nushair, yang kemudian memperluas
wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko . Selain itu, ia juga
menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan,
sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan- kekacauan
seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Sedangkan penaklukan atas
wilayah Afrika Utara ini, dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah
satu propinsi dari Khilafah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu
mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan) sampai tahun 83 H
(masa Al- Walid bin Abdul-Malik ). Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai
Islam , di kawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan
kerajaan Visigoth dari rumpun Goth . Kerajaan ini sering menghasut penduduk
agar membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan Bani Umayyah. Setelah kawasan
ini betul-betul dapat dikuasai, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukkan
Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi kaum muslimin
dalam penaklukan wilayah Al-Andalus.
Tharif ibn Malik dapat disebut
sebagai perintis dan penyelidik, ia menyeberangi selat yang berada di antara
Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, lima ratus orang di
antaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang
disediakan oleh Julian mantan penguasa wilayah Septah. Dalam penyerbuan itu
Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa
harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif
ibn Malik ini serta adanya kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigoth
yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk
memperoleh harta rampasan perang, Musa bin Nushair pada tahun 711 M mengirimkan
lagi pasukan ke Al-Andalus sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Tariq bin Ziyad.
Tariq bin Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya
lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar
suku Moor yang didukung oleh Musa bin Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang
dikirim Khalifah Al-Walid bin Abdul-Malik . Pasukan ini kemudian menyeberangi selat
di bawah pimpinan Tariq bin Ziyad, dan menguasai sebuah gunung dikenal dengan
nama Gibraltar (Jabal Tariq), kemudian di daerah ini membuat pertahanan serta
tempat menyiapkan pasukan untuk memulai penaklukan. Dalam pertempuran yang
dikenal dengan Pertempuran Guadalete, Raja Roderic dapat dikalahkan. Dari situ Thariq
bin Ziyad dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada dan Toledo (ibu kota Visigoth
saat itu). Sebelumnya Tariq bin Ziyad menaklukkan kota Toledo, ia meminta
tambahan pasukan kepada Musa bin Nushair di Afrika Utara , yang kemudian
mengirimkan tambahan pasukan sebanyak 5000 personel, sehingga jumlah pasukan
Tariq bin Ziyad seluruhnya 12.000 orang. Jumlah ini belum sebanding dengan
pasukan Goth yang jauh lebih besar, 100.000 orang. Kemenangan pertama yang
dicapai oleh Tariq bin Ziyad membuat jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih
luas lagi. Untuk itu, Musa bin Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam
gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan tersebut. Dengan suatu
pasukan yang besar, ia berangkat menyeberangi selat itu, dan satu persatu kota
yang dilewatinya dapat ditaklukkannya. Setelah Musa bin Nushair berhasil
menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville , dan Merida serta mengalahkan penguasa
kerajaan Goth lainnya, Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Tariq bin
Ziyad di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting
di Spanyol , termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa sampai Navarre.
Gelombang perluasan wilayah berikutnya
muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul-Aziz tahun 99 H/717 M.
Kali ini sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pirenia
dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada Al-Samah, tetapi
usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya,
pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdurrahman bin Abdullah al-Ghafiqi. Dengan
pasukannya, ia menyerang kota Bordreu, Poiter, dan dari sini ia mencoba
menyerang kota Tours. Akan tetapi, di antara kota Poiter dan Tours itu ia
ditahan oleh Charles Martel, sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan tentara
yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol . Sesudah itu, masih juga terdapat penyerangan-penyerangan,
seperti ke Avirignon tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M , dan pulau-pulau yang
terdapat di Laut Tengah , Majorca , Corsia, Sardinia , Creta, Rhodes, Cyprus
dan sebagian dari Sicilia juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayah.
Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai
pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar
jauh menjangkau Perancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia .
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat
Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor
eksternal dan internal yang menguntungkan. Yang dimaksud dengan faktor
eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri.
Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik,
dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik,
wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi- bagi ke dalam beberapa negeri
kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap
aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalagi
terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan
bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen.
Yang tidak bersedia disiksa, dan dibunuh secara brutal. Rakyat dibagi-bagi ke
dalam system kelas, sehingga keadaannya diliputi oleh kemelaratan,
ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi seperti itu, kaum
tertindas menanti kedatangan juru pembebas, dan juru pembebasnya mereka temukan
dari orang Islam. Berkenaan dengan itu Amer Ali, seperti dikutip oleh Imamuddin
mengatakan, ketika Afrika (Timur dan Barat) menikmati kenyamanan dalam segi
material, kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan, tetangganya di jazirah Spanyol
berada dalam keadaan menyedihkan di bawah kekuasaan tangan besi penguasa
Visighotic. Di sisi lain, kerajaan berada dalam kemelut yang membawa akibat
pada penderitaan masyarakat. Akibat perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi
yang penting menjadi tempat-tempat perlawanan dan pemberontakkan. Perpecahan
dalam negeri Spanyol ini banyak membantu keberhasilan campur tangan Islam di tahun
711 M. Perpecahan itu amat banyak coraknya, dan sudah ada jauh sebelum kerajaan
Gothic berdiri. Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat.
Ketika Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal,
sewaktu Spanyol masih berada di bawah pemerintahan Romawi (Byzantine ), berkat
kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian juga pertambangan, industri
dan perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi,
setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth , perekonomian lumpuh
dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa
digarap, beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah dan daerah lain sulit
dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan. Buruknya kondisi sosial,
ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau.
Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, Raja Goth
terakhir yang dikalahkan Islam . Awal kehancuran kerajaan Ghoth adalah ketika
Raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara
Witiza, yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan
begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak dan anak
Witiza. Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan
Roderick. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin.
Sementara itu terjadi pula konflik antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan
penguasa wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika
Utara dan mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol, Julian bahkan memberikan
pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq dan Musa
Rahimahumullah. Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara
Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai
semangat perang Selain itu, orang Yahudi yang selama ini tertekan juga
mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin .
Adapun yang dimaksud dengan factor internal
adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokon- tokoh pejuang
dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada
khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak,
bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam
menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang
ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong
menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi
kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.
§ Perkembangan
Islam di Spanyol (Andalus)
Perkembangan
Islam di Spanyol yang berlangsung lebih dari tujuh setengah abad, Islam
memainkan peranan yang sangat besar. Sejarah panjang yang dilalui Umat Islam di
Spanyol ini dapat dibagi menjadi enam periode, dimana tiap periode mempunyai
corak pemerintahan dan dinamika masyarakat tersendiri. Sejak pertama kali menginjakkan
kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, Islam
memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh
setengah abad sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol, itu dapat
dibagi menjadi enam periode, yaitu :
Periode Pertama
(711-755 M)
Pada periode ini
Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani
Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol
belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik datang
dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa
perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan
golongan. Disamping itu, terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di
Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairwan.n Masing-masing
mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh
karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam
jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan
seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan
etnis, terutama, antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab
sendiri terdapat dua golongan yang terus-menerus bersaing, yaitu suku Quraisy (Arab
Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkan
konflik politik, terutama ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya
di Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan
kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama. Gangguan dari luar datang dari
sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di daerah-daerah
pegunungan yang memang tidak pernah mau tunduk kepada pemerintahan Islam .
Gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah berjuang lebih dari 500 tahun,
akhirnya mereka mampu mengusir Islam dari bumi Spanyol . Karena seringnya
terjadi konflik internal dan berperang menghadapi musuh dari luar, maka dalam
periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang
peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abdurrahman
al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/755 M.
Periode Kedua
(755-912 M)
Pada periode
ini. Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima
atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam , yang
ketika itu dipegang oleh khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah
Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar
Al-Dakhil (Yang Masuk ke Spanyol ). Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang
berhasil lolos dari kejaran Bani Abbas ketika yang terakhir ini berhasil
menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya, ia berhasil mendirikan
dinasti Bani Umayyah di Spanyol . Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini
adalah Abdurrahman al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman al-Ausath,
Muhammad ibn nAbdurrahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad. Pada
periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam
bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abdurrahman al-Dakhil mendirikan
masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol . Hisyam I
dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam , dan Hakam I dikenal sebagai pembaharu
dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol .
Sedangkan Abdurrahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu.
Pemikiran filsafat juga mulai masuk pada periode ini, terutama di zaman
Abdurrahman al-Aushath. Ia mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk
datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.
Sekalipun demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi. Pada pertengahan
abad ke-9 stabilitas Negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik
yang mencari kesyahidan. Namun, Gereja Kristen lainnya di seluruh Spanyol tidak
menaruh simpati pada gerakan itu, karena pemerintah Islam mengembangkan
kebebasan beragama. Penduduk Kristen diperbolehkan memiliki pengadilan sendiri
berdasarkan hukum Kristen. Peribadatan tidak dihalangi. Lebih dari itu, mereka
diizinkan mendirikan gereja baru, biara-biara disamping asrama rahib atau
lainnya. Mereka juga tidak dihalangi bekerja sebagai pegawai pemerintahan atau
menjadi karyawan pada instansi militer. Gangguan politik yang paling serius
pada periode ini datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo
pada tahun 852 M membentuk Negara kota yang berlangsung selama 80 tahun .
Disamping itu sejumlah orang yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang
terpenting di antaranya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan
anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga . Sementara itu, perselisihan
antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih sering terjadi.
Periode Ketiga
(912-1013 M)
Periode ini
berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar An-Nasir
sampai munculnya "raja- raja kelompok" yang dikenal dengan sebutan
Muluk al-Thawaij. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar
khalifah, penggunaan gelar khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai
kepada Abdurrahman III, bahwa Al-Muktadir, Khalifah daulat Bani Abbas di
Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya,
keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada
dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang paling tepat
untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah
selama 150 tahun lebih. Karena itulah, gelar ini dipakai mulai tahun 929 M.
Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang, yaitu
Abdurrahman al-Nashir (912-961 M) , Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II
(976-1009 M). Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan
kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman al-Nashir
mendirikan universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu
buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa
ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota
berlangsung cepat. Awal dari kehancuran khilafah Bani Umayyah di Spanyol adalah
ketika Hisyam naik tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan
actual berada di tangan para pejabat. Pada tahun 981 M, Khalifah menunjuk Ibn
Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius
yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam
dengan menyingkirkan rekan-rekan dan saingan-saingannya. Atas keberhasilan-keberhasilannya,
ia mendapat gelar al-Manshur Billah. Ia wafat pada tahun 1002 M dan digantikan
oleh anaknya al-Muzaffar yang masih dapat mempertahankan keunggulan kerajaan.
Akan tetapi, setelah wafat pada tahun 1008 M, ia digantikan oleh adiknya yang
tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja, negara
yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran total. Pada tahun
1009 M khalifah mengundurkan diri. Beberapa orang yang dicoba untuk menduduki
jabatan itu tidak ada yang sanggup memperbaiki keadaan. Akhirnya pada tahun
1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah .
Ketika itu, Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang
berpusat di kota-kota tertentu.
Periode Keempat
(1013-1086 M)
Pada periode
ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil di bawah
pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif, yang berpusat di
suatu kota seperti Seville , Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar di
antaranya adalah Abbadiyah di Seville . Pada periode ini umat Islam Spanyol
kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang
saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan
kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan
politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini
mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil,
namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana
mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu
istana ke istana lain.
Periode Kelima
(1086-1248 M)
Pada periode ini
Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat
satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan daulah Murabithun (860-1143 M) dan
daulah Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah
gerakan politik yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada
tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakisy.
Ia masuk ke Spanyol atas "undangan" penguasa-penguasa Islam di sana
yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari
serangan-serangan orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada
tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di
kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Spanyol
dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin
adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir,
baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan ndigantikan oleh daulah Muwahhidun.
Pada masa daulah Murabithun, Saragossa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun
1118 M. Di Spanyol sendiri, sepeninggal dinasti ini, pada mulanya muncul
kembali dinasti-dinasti kecil, tapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun
1146 M penguasa dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah
ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128) . Dinasti ini
datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abdul Mun'im. Antara tahun 1114 dan 1154 M,
kota-kota muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah
kekuasaannya. Untuk jangka beberapa dekade, daulah ini mengalami banyak
kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak
lama setelah itu, Muwahhidun mengalami keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara
Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan
yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan
Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. Keadaan Spanyol kembali
runyam, berada di bawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, umat
Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Tahun
1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M.
Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuatan Islam .
Periode Keenam
(1248-1492 M)
Pada periode
ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar
(1232-1492) . Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman
an-Nashir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya berkuasa di wilayah
yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir
karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu
Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya
yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha
merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan
oleh Muhammad ibn Sa'ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand
dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan
penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta. Tentu saja, Ferdinand dan
Isabella yang mempersatukan dua kerajaan besar
Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas. Keduanya ingin merebut
kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol . Abu Abdullah tidak kuasa menahan
serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia
menyerahkan kekuasaan kepada Ferdinand dan Isabella , kemudian hijrah ke Afrika
Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M.
Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi
meninggal Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam
di daerah ini.
Kemajuan Peradaban Umat Islam di
Spanyol telah mencapai kejayaan yang gemilang, banyak prestasi yang mereka
peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan juga dunia kepada kemajuan yang
lebih kompleks, terutama dalam hal kemajuan intelektual. Dalam masa lebih dari
tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol , umat Islam telah mencapai kejayaannya
di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa,
dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks.
§ Kemajuan
Intelektual
Spanyol adalah
negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi
dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir. Masyarakat Spanyol Islam merupakan
masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan
Selatan), al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat
Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk daerah antara
Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada
penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi , Kristen Muzareb yang berbudaya
Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam . Semua komunitas itu,
kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya
lingkungan budaya Andalus yang melahirkan Kebangkitan Ilmiah, sastra, dan
pembangunan fisik di Spanyol.
a. Filsafat
Islam di Spanyol
telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah
Islam . Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan
Yunani - Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu
pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa
Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abdurrahman (832-886 M) . Atas inisiatif
al-Hakam (961-976 M) , karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur
dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya
mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam.
Apa yang dilakukan oleh para pemimpin dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini merupakan
persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya. Tokoh
utama pertama dalam sejarah filsafat Arab- Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn
al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Dilahirkan di Saragossa, ia
pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fezzan tahun 1138
M dalam usia yang masih muda. Seperti al-Farabi dan Ibn Sina di Timur, masalah
yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir
al-Mutawahhid. Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli
Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia
lanjut tahun 1185 M . Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan
filsafat . Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan. Bagian
akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang
terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova. Ia
lahir tahun 1126 M dan meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan
dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati- hatian dalam menggeluti
masalah- masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli
fiqh dengan karyanya Bidayatul- Mujtahid.
b. Sains
IImu-ilmu
kedokteran, musik, matematika , astronomi, kimia dan lain- lain juga berkembang
dengan baik. Abbas ibn Famas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi . Ialah
orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al- Naqqash
terkenal dalam ilmu astronomi . Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana
matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong
modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad
ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat- obatan. Ummul Hasan binti
Abi Ja'far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran
dari kalangan wanita. Dalam bidang sejarah dan geografi , wilayah Islam bagian
barat melahirkan banyak pemikir terkenal, Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228
M) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn
Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudera Pasai dan Cina . Ibnul
Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari
Tunisia adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat
tinggal di Spanyol , yang kemudian pindah ke Afrika. Itulah sebagian nama-nama besar
dalam bidang sains .
c. Fiqh
Dalam bidang
fiqh, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut madzhab Maliki. Yang
memperkenalkan madzhab ini di sana adalah Ziyad ibn Abdurrahman. Perkembangan selanjutnya
ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadhi pada masa Hisyam Ibn Abdurrahman.
Ahli-ahli Fiqh lainnya di antaranya adalah Abu Bakr ibn al- Quthiyah, Munzir
Ibn Sa'id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.
d. Musik dan Kesenian
Dalam bidang
musik dan suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan
Ibn Nafi' yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diselenggarkan pertemuan dan
jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal
sebagai penggubah lagu. Ilmu yang dimiliknya itu diturunkan kepada anak-anaknya
baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya
tersebar luas.
e. Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab
telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol . Hal itu
dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol
menomor-duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam
bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara
lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Aljiyah, Ibn Khuruf, Ibnul-Hajj, Abu
Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring
dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra bermunculan, seperti Al-'Iqd
al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn
Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan, dan banyak lagi yang
lain.
Kemegahan
Pembangunan Fisik
Aspek-aspek
pembangunan fisik yang mendapat perhatian ummat Islam sangat banyak. Dalam
perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian demikian
juga. Sistem irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak mengenal
sebelumnya. Dam-dam, kanal- kanal, saluran sekunder, tersier, dan jembatan-jembatan
air didirikan. Tempat-tempat yang tinggi, dengan begitu, juga mendapat jatah
air. Orang-orang Arab memperkenalkan pengaturan hidraulik untuk tujuan irigasi.
Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air, waduk (kolam) dibuat untuk konservasi
(penyimpanan air). Pengaturan hydrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda
air (water wheel) asal Persia yang dinamakan naurah ( Spanyol : Noria).
Disamping itu, orang-orang Islam juga memperkenalkan pertanian padi, perkebunan
jeruk, kebun-kebun dan taman-taman. Industri, disamping pertanian dan perdagangan,
juga merupakan tulang punggung ekonomi Spanyol Islam. Di antaranya adalah
tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri barang-barang tembikar. Namun
demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan
gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid , pemukiman, dan taman-taman.
Di antara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota az-Zahra, Istana
Ja'fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana al- Makmun, masjid Seville, dan
istana al-Hamra di Granada.
a. Cordova
Cordova adalah
ibu kota Spanyol sebelum Islam , yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah.
Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun
di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman- taman dibangun untuk
menghiasi ibu kota Spanyol Islam itu. Pohon-pohon dan bunga-bunga diimpor dari Timur.
Di seputar ibu kota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik
pemandangan, setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya
terpancang istana Damsyik. Di antara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah
masjid Cordova. Menurut ibn al-Dala'i, terdapat 491 masjid di sana. Disamping
itu, ciri khusus kota-kota Islam adalah adanya tempat-tempat pemandian. Di
Cordova saja terdapat sekitar 900 pemandian. Di sekitarnya berdiri
perkampungan-perkampungan yang indah. Karena air sungai tak dapat diminum,
penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang panjangnya 80 Km.
b. Granada
Granada adalah
tempat pertahanan terakhir ummat Islam di Spanyol. Di sana berkumpul sisa-sisa
kekuatan Arab dan pemikir Islam . Posisi Cordova diambil alih oleh Granada pada
masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya
terkenal diseluruh Eropa. Istana al-Hambra yang indah dan megah adalah pusat
dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman
yang tidak kalah indahnya. Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa
diperpanjang dengan kota dan istana az-Zahra, istana al-Gazar, menara Girilda
dan lain-lain.
§ Faktor-faktor
Pendukung Kemajuan
Spanyol Islam,
kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan
berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abdurrahman
al-Dakhil, Abdurrahman al-Wasith dan Abdurrahman an-Nashir. Keberhasilan
politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa
lainnya yang memelopori kegiatan-kegiatan ilmiah yang terpenting di antara
penguasa dinasti Umayyah di Spanyol dalam hal ini adalah Muhammad ibn
Abdurrahman (852-886M) dan al-Hakam II al-Muntashir (961-976M). Toleransi
beragama ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan
Yahudi , sehingga mereka ikut berpartisipasi mewujudkan peradaban Arab Islam di
Spanyol . Untuk orang-orang Kristen, sebagaimana juga orang-orang Yahudi ,
disediakan hakim khusus yang menangani masalah sesuai dengan ajaran agama
mereka masing-masing. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk,
terdiri dari berbagai komunitas, baik agama maupun bangsa. Dengan ditegakkannya
toleransi beragama, komunitas- komunitas itu dapat bekerja sama dan menyumbangkan
kelebihannya masing-masing.
Meskipun ada
persaingan yang sengit antara Abbasiyyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol ,
hubungan budaya dari Timur dan Barat tidak selalu berupa peperangan. Sejak abad
ke-11 M dan seterusnya, banyak sarjana mengadakan perjalanan dari ujung barat
wilayah Islam ke ujung timur, sambil membawa buku-buku dan gagasan-gagasan. Hal
ini menunjukkan bahwa meskipun umat Islam terpecah dalam beberapa kesatuan
politik, terdapat apa yang disebut kesatuan budaya dunia Islam. Perpecahan
politik pada masa Muluk ath-Thawa'if dan sesudahnya tidak menyebabkan mundurnya
peradaban. Masa itu, bahkan merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan,
kesenian, dan kebudayaan Spanyol Islam. Setiap dinasti (raja) di Malaga, Toledo,
Sevilla, Granada, dan lain-lain berusahamenyaingi Cordova. Kalau sebelumnya Cordova
merupakan satu-satunya pusat ilmu dan peradaban Islam di Spanyol , Muluk
ath-Thawa'if berhasil mendirikan pusat-pusat peradaban baru yang di antaranya
justru lebih maju.
§ Pengaruh
Peradaban Spanyol Islam di Eropa
Spanyol
merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa dalam menyerap peradaban Islam,
baik dalam hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antar
negara. Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang
budi kepada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di periode klasik.
Memang banyak saluran bagaimana peradaban Islam memengaruhi Eropa , seperti
Sicilia dan Perang Salib , tetapi saluran yang terpenting adalah Spanyol Islam.
Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam,
baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban
antar negara. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di
bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangganya Eropa,
terutama dalam bidang pemikiran dan sains disamping bangunan fisik. Yang
terpenting di antaranya adalah pemikiran Ibn Rusyd (1120-1198 M). Ia melepaskan
belenggu taqlid dan menganjurkan kebebasan berpikir. Ia mengulas pemikiran Aristoteles
dengan cara yang memikat minat semua orang yang berpikiran bebas. Ia
mengedepankan sunnatullah menurut pengertian Islam terhadap pantheisme dan
anthropomorphisme Kristen. Demikian besar pengaruhnya di Eropa, hingga di Eropa
timbul gerakan Averroeisme (Ibn Rusydisme) yang menuntut kebebasan berpikir.
Pihak gereja menolak pemikiran rasional yang dibawa gerakan Averroeisme ini. Berawal
dari gerakan Averroeisme inilah di Eropa kemudian lahir reformasi pada abad
ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M. Buku-buku Ibn Rusyd dicetak di
Venessia tahun 1481, 1482, 1483, 1489, dan 1500 M. Bahkan edisi lengkapnya
terbit pada tahun 1553 dan 1557 M. Karya-karyanya juga diterbitkan pada abad
ke-16 M di Napoli , Bologna , Lyonms, dan Strasbourg, dan di awal abad ke 17 M
di Jenewa. Pengaruh peradaban Islam, termasuk di dalamnya pemikiran Ibn Rusyd,
ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di
universitas-universitas Islam di Spanyol, seperti universitas Cordova, Seville
, Malaga, Granada, dan Salamanca. Selama belajar di Spanyol , mereka aktif
menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan muslim. Pusat penerjemahan itu
adalah Toledo. Setelah pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan
universitas yang sama. Universitas di Eropa adalah Universitas Paris yang
didirikan pada tahun 1231 M, tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibn Rusyd. Di
akhir zaman pertengahan Eropa, baru berdiri 18 buah universitas. Di dalam
universitas-universitas itu, ilmu yang mereka peroleh dari
universitas-universitas Islam diajarkan, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti,
dan filsafat.
Pemikiran
filsafat yang paling banyak dipelajari adalah pemikiran al-Farabi , Ibn Sina
dan Ibn Rusyd. Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah
berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (
renaissance ) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran
Yunani di Eropa kali ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari
dan kemudian diterjemahkan kembali ke
dalam bahasa Latin.
Walaupun Islam
akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam, tetapi ia
telah membidangi gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah: kebangkitan
kembali kebudayaan Yunani klasik ( renaissance ) pada abad ke-14 M yang bermula
di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M,
dan pencerahan (aufklaerung) pada abad ke-18 M.
Islam di Spanyol
dan Pengaruhnya Terhadap Renaisans di Eropa Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasasaan
Islam di Spanyol , umat Islam telah mencapai kejayaannya disana. Banyak
prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan kemudian
dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks. Setelah berakhirnya periode klasik
Islam, ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran, Eropa bangkit dari keterbelakangannya.
Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam bidang politik dengan keberhasilan
Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan, kemajuan dalam bidang ilmu
dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan politiknya. Kemajuan-kemajuan
Eropa ini tidak bisa dipisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol . Dari
Spanyol Islamlah Eropa banyak menimba ilmu. Pada periode klasik, ketika Islam
mencapai masa keemasannya, Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang sangat
penting, menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen
banyak belajar di perguruan tinggi-perguruan tinggi Islam di sana. Islam
menjadi "guru" bagi orang Eropa. Karena itu, kehadiran Islam di
Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan.
§ Penyebab
Kemunduran dan Kehancuran
Beberapa
penyebab kemunduran dan kehancuran Umat Islam di Spanyol di antaranya konflik
Islam dengan Kristen, tidak adanya ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak
jelasnya system peralihan kekuasaan, dan keterpencilan.
1. Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa
muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Merekam sudah merasa puas
dengan taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka,
termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata.
Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan
orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di
Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen . Pada
abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam
sedang mengalami kemunduran.
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Kalau di
tempat-tempat lain para muallaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat,
di Spanyol , sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus,
orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya
sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah 'ibad dan muwalladun kepada
para muallaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya,
kelompok-kelompok etnis non-Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian.
Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri
tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna
persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi
itu.
3.
Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa
Islam di Spanyol , para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dengan sangat "serius", sehingga lalai membina
perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan
menpengaruhi kondisi politik dan militer
4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan
Kekuasaan Hal
ini menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Bahkan, karena inilah
kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk ath-Thawaif muncul. Granada yang
merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand
dan Isabella, di antaranya juga disebabkan permasalahan ini.
5. Keterpencilan
Spanyol Islam
bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian,
tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara . Dengan demikian, tidak ada
kekuatan alternative yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.
kemunduran ekonomi yang seperti apa yang terjadi di masa itu?
ReplyDelete